CIKARANG -Youth Corps Indonesia Menggelar Reformis Muda Indonesia 2015 50 Pemuda siap berdiskusi dan beraksi dalam memecahkan masalah ASEAN Community, Korupsi hingga Pekerja Anak Jakarta, 28 Juli 2015 – NGO kepemudaan Indonesia yang berfokus pada pengembangan soft skill.
Youth Corps Indonesia (YCI) menggelar program Reformis Muda Indonesia (RMI) 2015, Sebuah program yang mengajak para pemuda ikut berkontribusi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini.
Selama 3 bulan, mulai dari Agustus hingga Oktober 2015, 50 peserta terpilih akan berkumpul untuk mengadakan diskusi mendalam dengan para pembicara terkemuka dan kemudian akan terjun langsung ke masyarakat untuk memecahkan tantangan dari 3 isu yang berbeda, mulai dari isu ekonomi, isu politik hingga isu sosial.
“Pelatihan softskill akan diberikan ke peserta RMI sebelum mereka terjun langsung memecahkan masalah, hal ini sejalan dengan visi YCI bahwa soft-skill itu berperan besar sebagai katalis kontribusi” ungkap ketua panitia RMI 2015, Jonathan Davy.
Dengan tagline “Peduli, Beraksi dan Menginspirasi”, nantinya 50 peserta yang berpartisipasi akan berfokus pada tiga isu tema yaitu Isu Ekonomi untuk mempersiapkan UMKM untuk menghadapi ASEAN Community, Isu Politik untuk meningkatkan peran pemuda melawan korupsi, Isu Sosial untuk mengeksplorasi lebih jauh permasalahan pekerja anak.
“Program RMI ini akan memberikan wawasan yang sangat berharga mengenai berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia, serta menumbuhkan pemuda kontributif yang sigap untuk mengembangkan bangsa” tambah Mahasiswa Presiden University ini.
Menurutnya, Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Komunitas ASEAN atau ASEAN Community. Komunitas ini dibentuk berdasarkan tiga pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community) dan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community / AEC).
Nantinya, Komunitas AEC 2015, akan membentuk sebuah integrasi ekonomi kawasan, dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
“Meskipun tujuan dari AEC 2015 ini untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota ASEAN melalui kerjasama ekonomi dan perdagangan, pertanyaan sekarang adalah, bagaimana dengan kesiapan sektor UMKM, Hampir 90 persen komposisi pelaku ekonomi Indonesia adala UMKM, pemuda harus turun tangan dan berperan aktif dalam membantu dan menyiarkan informasi kepada sektor tersebut”, jelas Gilang.
Di sisi lain, tambahnya Indonesia juga harus menghadapi permasalahan di negerinya sendiri yaitu Korupsi. Menurut data dari Transparancy Indonesia, sebuah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik, tercatat pada tahun 2014, Indonesia menempati urutan ke 107 dari 175 negara yang bebas dari korupsi. Ini berarti begitu banyak tantangan yang harus dihadapi agar negara kita dapat menempati posisi negara yang lebih bebas dari korupsi.
Program ini mengambil pesan besar bahwa korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistemik dan meluas sehingga bukan saja merugikan kondisi keuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.
“Untuk itu, diharapkan dengan adanya program ini akan menyadarkan pemuda untuk lebih kontributif dalam menyikapi permasalahan korupsi di Indonesia” ujar Gilang.
Gilang juga menambahkan bahwa nantinya peserta RMI akan turun langsung bersama-sama mengkaji mengenai tindak pidana korupsi, dan kemudian akan memberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat melalui cara-cara yang interaktif, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya tindak korupsi di lingkungan masyarakat itu sendiri.
Selain kedua isu tersebut, isu sosial mengenai pekerja anak juga akan menjadi isu yang tidak kalah penting dibahas di program RMI. Indonesia memiliki 1,7 juta pekerja anak yang mayoritas bekerja di sektor informal. Dari jumlah tersebut baru 63.055 anak yang ditarik dari pekerjaannya untuk dikembalikan ke sekolah sepanjang 2008 hingga 2014.
“Isu tentang pekerja anak sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia, dan ini tidak hanya menjadi perhatian nasional tetapi juga komunitas internasional.” jelasnya.(sep)