Bekasi – Hari Santri Nasional yang ditetapkan pada 22 Oktober untuk mengingatkan sejarah tentang resolusi jihad Kyai Hasyim Asy’ari bagian peristiwa penting yang menggerakan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945.
Hal itu dikatakan oleh, Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Pusat, Ahmad Yudistira. Menurutnya, jaringan para santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan dalam menjaga kesatuan dan persatuan negeri ibu pertiwi.
Dikatakannya, perjuangan para Kiyai jelas menjadi catatan sejarah yang startegis dalam pengabdiannya untuk negeri ini. Tak hanya di situ saja, bahkan sejak kesepakatan Dahrul Islam (Daerah Islam, red) pada pertemuan para kyai di Banjarmasin, 1936.
“Sepuluh tahun berdirinya NU dan sembilan tahun sebelum kemerdekaan negeri ini, Kyai – Santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberikan ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama, ini konsep luar biasa pemikiran para ulama-ulama pendahulu kita,” kata Yudistira yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kelurahan Pengasinan.
Kelompok santri dan para Kyai terbukti mengawal kokohnya negara kesatuan republik indonesia (NKRI). “Para Kyai dan santri selalu berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangkan Pancasila,” ucap Yudis
Lebih lanjut, mantan Ketua GP Ansor Kota Bekasi ini mengatakan, pada Muktamar NU di Situbondo 1984, jelas sekali tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara. Bahwa NKRI sebagai bentuk final, harga mati yang tidak bisa dikompromikan.
Sehingga demikian, hari santri ini merupakan wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri memberikan kontribusi kepada negera ini. (jar)