Bekasi – Terapi untuk anak autis sebaiknya sudah dilakukan sedini mungkin. Proses terapi dapat dilakukan sejak usia 2-3 tahun. Karena tanda-tanda apakah seorang anak mengalami autis sudah dapat dilihat pada usia tersebut.
“Namun yang lebih penting orang tua harus lebih ketat mengawasi pantangan bagi anak yang berkebutuhan khusus tersebut,” kata Liza R Sutadi terapis autis dari KID Autis Back to ABA saat simulasi penanganan autis terhadap orang tua siswa di TK Negeri Pembina Kota Bekasi beberapa waktu lalu.
Dengan adanya simulasi dan pengetahuan yang baik terhadap orang tua, ia berharap terapi yang baik dan diet ketat terhadap pantangan demi mencapai keberhasilan terapi bergantung banyak pada orang tua.
“Kalau orang tua tetap memanjakan anak tanpa diet ketat, maka terapi juga sia-sia. Terutama yang tidak boleh diberikan terhadap anak autis misalnya minum susu kaleng, makanan yang mengandung terigu dan gula,” ingat Liza.
Dia juga memberikan pengetahuan soal tanda-tanda anak autis antara lain dapat terlihat dari telat bicara antara 2-3 tahun, bicara 1 kata kemudian hilang/hanyababbling (suara/kata yang tidak ada artinya), tidak ada kontak mata, lebih senang menyendiri. Kemudian, tidak bisa bersosialisasi dengan anak lain, tidak bisa menunjuk apa yang diinginkan, tidak bisa mengkomunikasikan dengan bahasa tubuh, stimulasi diri seperti : jinjit-jinjit, hand plaping (mengepakan tangan), memutar benda-benda atau dirinya sendiri.
Ada juga tanda-tanda dari kebiasaan seperti senang terhadap objek tertentu (mis, tombol telepon, keyboard dll) atau melakukan sesuatu hal yang tidak fungsional berulang ulang (buka tutp pintu, nyala matikan lampu dll).(DRA)